Bicara

"Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan darinyalah aku mendapatkan keturunan." Begitulah Rasulullah SAW menggambarkan kepribadian Siti Khadijjah r.a.,istri pertamanya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan diri berkorban demi kejayaan Islam.

9/17/2006

Merubah Kebiasaan Menunda Dengan Bicara dan Bahasa

Merubah Kebiasaan Menunda Dengan Bicara dan Bahasa

Materi dari University of Texas at Austin Learning Center dan Chuck
Gallozzi

PENUNDAAN ADALAH KUBURAN DI MANA KESEMPATAN DIMAKAMKAN

Prokrasinasi atau procrastination, artinya penundaan atau menunda-
nunda. Secara teknis, apa yang ditunda adalah "memulai" dan
"menyelesaikan". Berapa banyak hal yang kita tunda setiap hari?
Apapun alasan kita, menunda selagi kita bisa melakukannya sekarang,
tidak lebih dan tidak kurang adalah menghambur-hamburkan peluang.

SEBAB-MUSABAB SIKAP MENUNDA

1. Kesalahan persepsi tentang hidup.

Sebagai manusia, kita tidak hanya menciptakan kata-kata. Sebaliknya,
kata-kata juga membentuk persepsi kita. Ambil contoh kata "bekerja".
Kata ini punya konotasi negatif. Kita seringkali tidak melihatnya
sebagai berkah, melainkan sebagai beban atau hukuman. Bekerja menjadi
tidak nyaman dan tidak menyenangkan, dan karena itu, ia cenderung
dihindari. Itu sebabnya, kita menjadi malas.

Kita sering mengatakan "mau berangkat kerja". Bisakah Anda
membayangkan kata itu diucapkan oleh Picasso, Mozart, Peter Pan,
Radja, atau Ratu? Bisakah Anda membayangkan bahwa Dian Sastro
mengatakan "saya mau berangkat kerja"? Sebagai seniman, mereka jelas
lebih memilih kalimat "saya mau berkarya". Apa sebabnya? Sebab mereka
tidak merasa bekerja, melainkan merasa melakukan sesuatu yang
disenangi atau dicintainya. Mereka merasa sedang menghasilkan karya
besar. Apa artinya? Artinya, bekerja adalah media bagi mereka untuk
menghasilkan berbagai masterpiece.

Dengan memahami bagaimana para seniman menikmati proses berkarya itu,
kita bisa mencintai apa yang kita kerjakan.

2. Merasa kewalahan.

Kita sering merasa terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan. Dalam
hal ini, kita perlu mengingat bahwa sebuah perjalanan 1.000
kilometer, selalu dimulai dengan langkah pertama. Artinya, kita
harus punya keberanian untuk memulai. Sebesar apapun impian Anda,
jika Anda memecahnya menjadi berbagai paket kecil, maka Anda akan
tetap bisa mencapainya, satu per satu.

3. Takut gagal.

Takut gagal juga bisa menciptakan penundaan. Misalnya seseorang yang
bermimpi bisa menulis buku. Selama dirinya merencanakan untuk
menulisnya "pada suatu hari kelak", maka ia masih mungkin
mencapainya. Jika ternyata ia berhasil memulainya dan kemudian bisa
menyelesaikannya, tapi ternyata tidak ada yang membeli bukunya, maka.
..wah.....! Akan ada kegagalan.

Benarkah akan ada kegagalan? Bagaimana bisa ia gagal jika ia terus
belajar dari berbagai kesalahan?

Jangan biarkan ketakutan menghentikan Anda. David J. Schwartz
mengatakan, "Untuk menghadapi ketakutan, bertindaklah. Untuk semakin
takut - tunggulah, berhentilah, tundalah."

4. Sifat alamiah manusia.

Secara alamiah, kita sebagai manusia ingin menghindari sakit dan
meraih kesenangan. Jika Anda melihat bekerja sebagai MENYAKITKAN dan
menonton TV sebagai kesenangan, maka Anda cenderung menunda kerja dan
memilih menonton TV. Jika Anda seperti ini, maka Anda termasuk "kaum
sufi", alias kaum yang suka tifi.

MENGAPA HARUS SEKARANG?

SAAT INI, kita semua sedang berada di sebuah terminal transit.
Keberadaan kita hanya SEMENTARA, dan kita akan melanjutkan
perjalanan. Terminal itu adalah HIDUP. Jadi apalagi yang kita tunggu?
Waktu untuk melakukan berbagai hal secara berbeda, saat untuk
menentukan prioritas, dan terus maju menuju kesuksesan, adalah
SEKARANG. Kita tidak bisa lagi menunggu lebih lama.

Tidak perlu lagi Anda memperlakukan hidup seperti hujan. Anda
menunggu sampai hujan reda, kemudian baru melanjutkan perjalanan.
Hidup Anda bukanlah hujan. Hidup Anda adalah WAKTU.

Pakar Manajemen Waktu Alan Lakein mengatakan, "Waktu = Hidup. Sia-
siakanlah waktu Anda, maka Anda menyia-nyiakan hidup Anda. Kuasai
waktu Anda, maka Anda menguasai hidup Anda."

Dan pedoman hidup Anda mengatakan, "Sesungguhnya manusia berada dalam
kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh."

1. Tidak waktu untuk menunda.

Yang Chu (440 ~ 360 SM) mengingatkan kita, "Seratus tahun adalah
hidup yang panjang. Belum tentu satu orang dari seribu yang akan
mencapainya. Dan jika seseorang bisa setua itu, waktunya masih
didiskon dengan kehidupan bayi dan masa kepikunan. Kemudian dikurangi
lagi dengan saat tidurnya. Dikurangi lagi dengan masa sakitnya.
Dikurangi lagi dengan masa sedihnya. Dikurangi lagi dengan masa
takutnya. Maka jumlah waktu senangnya, hanya akan sepuluh tahun saja.
Dengan begitupun, tidak ada satu jam pun yang tidak terbebas dari
kekhawatiran."

Austin Dobs: "Time goes by, katamu? Ah tidak. Waktu tetap di
tempatnya. Kitalah yang pergi."

2. Lebih cepat kita bertindak, lebih cepat kita belajar dari
pengalaman, melakukan perbaikan, dan mendapatkan hasilnya. Ingatlah
bahwa berbagai hal, akan kita lakukan lebih lama daripada yang kita
bayangkan. Dan lagi, kita mungkin belum akan benar di saat pertama.

Kita tidak bisa memilih hari dan waktu di mana kita akan sukses. Tapi
kita bisa memilih untuk melakukannya SEKARANG. Sekaranglah saatnya
untuk merealisasikan bagian awal dari sukses kita.

3. Sekalipun segala sesuatu menuntut waktu lebih lama dari yang kita
bayangkan, semua itu juga lebih mudah DILAKUKAN daripada dibayangkan.
Keuntungan manusiawi ini akan hilang menguap jika kita terus menunda.
Saat kita menunda, jumlah tugas akan bertambah, waktu yang tersisa
akan menyusut. Saat kita ingin mewadahi segala tugas di gayung kecil
waktu kita, kualitas upaya kita akan menurun drastis, dan risiko
melakukan kesalahan akan menjadi lebih besar.

Ikhwan Sopa mengatakan, "Segala hal lebih berat di kepala daripada di
pundak."

Aidh Al-Qarni (pengarang "Don't Be Sad" - "La Tahzan") mengatakan,
"Usahlah engkau tanggung beban dunia. Biarlah bumi saja yang
menanggungnya."

Delegasikan tugas Anda ke bumi, lewat jiwa dan raga Anda.

4. Bertindak SEKARANG adalah kesimpulannya.

Kekuatan Anda bertindak hanya ada pada SEKARANG. Anda tidak bisa
bertindak BESOK, sebab besok belum tentu ada. Anda tidak bisa
bertindak KEMARIN, sebab kemarin sudah tiada. KEMARIN dan BESOK tidak
bisa membantu Anda. SEKARANG-lah yang bisa.

5. Konsekuensi dari tindakan positif akan mendongkrak nilai, rasa PD,
pengetahuan atau pemahaman, dan KEKUATAN Anda. Adakah waktu yang
lebih tepat untuk menikmati semua keuntungan itu selain SEKARANG?

6. Nikmati hidup Anda SEKARANG, daripada melihat orang lain menikmati
hidupnya. Jadilah pemain dan bukan penonton. Daripada menonton apa
yang terjadi pada diri Anda, ciptakanlah apa yang Anda inginkan
terjadi pada diri Anda.

7. Temukanlah diri Anda. Kejutkanlah diri Anda, buatlah diri Anda
terperangah dengan menjadi seseorang yang Anda sendiri tidak pernah
membayangkannya.

8. Anda pernah menyesali waktu yang telah Anda sia-siakan? Jika ya,
gunakan penyesalan itu untuk memacu Anda. Dengan bertahan pada
prioritas, Anda akan melindungi diri sendiri dari penyesalan di
kemudian hari.

9. Songsonglah kesempatan, dan kesempatan memang disediakan untuk
mereka yang mengambil tindakan. Sekali ia menampakkan diri, Anda
harus segera bertindak karena ia tak akan muncul dua kali. Kesempatan
adalah cacing yang menunggu early bird.

10. Jika Anda menyibukkan diri, Anda tak akan punya waktu untuk
mengeluh atau jatuh di bawah pengaruh negatif orang lain.

11. Ciptakan lebih banyak waktu! Jika Anda selalu mengerjakan sesuatu
segera setelah ia muncul, maka Anda telah efisien dalam bertindak.
Dan dengan begitu, Anda akan punya lebih banyak waktu.

12. Alamilah kedamaian pikiran. Anda tidak akan bisa mengerjakan
semua hal yang Anda inginkan. Akan tetapi, jika Anda bisa mengerjakan
hal terpenting yang harus dikerjakan, maka Anda akan tidur dengan
nyenyak.

Jadi kapan? Bagaimana dengan pertengahan antara kemarin dan besok!?

MERUBAH SIKAP MENUNDA

Penundaan adalah kuburan di mana kesempatan dimakamkan. Jika waktu
adalah kehidupan, maka penyia-nyian waktu adalah pembunuhan. Artinya,
penundaan itu MEMATIKAN.

Abraham Lincoln mengatakan, "Berbagai hal akan datang kepada mereka
yang menunggu. Akan tetapi, itu semua hanya sisa dari mereka yang
bergerak."

1. Klarifikasi sasaran pribadi.

Klarifikasilah sasaran pribadi Anda dengan tegas dan jelas. Pastikan
Anda bisa melihat atau mengingatnya di mana saja. Apa yang "harus"
adalah apa yang paling penting bagi Anda. Jika keadaan memang memaksa
Anda untuk menunda, pertegas alternatifnya. "Saya mestinya belajar
malam ini. Tapi saya terlalu lelah hari ini. Saya harus tidur. Saya
AKAN belajar setelah solat Subuh."

2. Ganti "harus" dengan "ingin".

Saat Anda mengatakan "harus" melakukan sesuatu, secara tidak langsung
Anda mengatakan "dipaksa" melakukannya. Anda jelas akan berontak.
Penundaan adalah mekanisme pertahanan Anda untuk menghindari sakitnya
sebuah pemaksaan.

Solusi bagi Anda, adalah memahami bahwa Anda memang tidak perlu
mengerjakan apa yang tidak ingin Anda kerjakan. Mungkin akan ada
konsekuensi serius dari sikap seperti ini. Namun Anda harus memahami
bahwa Anda memang selalu bebas dalam memilih. Tak ada seorang pun,
yang memaksa Anda bekerja atau berbisnis sebagaimana yang Anda
lakukan saat ini. Anda telah menjadi seperti sekarang ini, adalah
akibat dari segala keputusan yang telah Anda ambil dengan bebas
selama ini.

Jika Anda tidak ingin menjadi dokter, padahal Anda sekarang adalah
dokter, maka Anda menjadi dokter adalah karena Anda memutuskan untuk
menjadi dokter. Jika Anda memang tidak ingin dipaksa menjadi dokter,
katakanlah 'tidak' pada orang tua Anda misalnya. Jika Anda memilih
untuk tidak pernah mengatakannya, maka profesi dokter adalah pilihan
Anda sendiri. Dan jika sekarang Anda ingin beralih profesi, itupun
adalah pilihan Anda sendiri.

Ingatlah bahwa kebiasaan menunda tidak terjadi pada seluruh area
kehidupan seseorang. Seseorang yang jagoan menunda sekalipun, selalu
punya satu atau beberapa hal yang tidak pernah ditundanya. Orang itu
selalu punya pilihan untuk INGIN mengerjakannya.

Artinya, kebiasaan menunda-nunda bisa dikurangi dengan memahami
keberadaan pilihan. Anda bisa memilih untuk INGIN atau HARUS
mengerjakan sesuatu. Ubahlah keharusan mengerjakan sesuatu, menjadi
keinginan untuk mengerjakannya.

3. Ganti "selesaikan" dengan "mulailah".

Saat Anda merasakan bahwa pekerjaan Anda tidak pernah selesai, Anda
akan merasa kewalahan. Berikutnya, godaan tentang waktu luang atau
selesainya perkerjaan akan mulai mempengaruhi Anda. Anda mulai malas,
dan akhirnya menunda atau membiarkan pekerjaan Anda terbengkalai.
Anda telah menggeser prioritas Anda, hanya karena ingin menunda suatu
pekerjaan. Ubahlah cara berpikir Anda. Pecahlah tugas Anda ke dalam
paket-paket kecil. Apalagi yang harus saya kerjakan? Mana lagi yang
harus saya mulai?

Gantilah:
"Bagaimana saya harus menyelesaikan semua ini?"

Menjadi:
"Langkah kecil apa yang bisa saya mulai sekarang juga?'

4. Ganti "all or nothing" dengan "better small than nothing at all".

Berpikir bahwa pekerjaan Anda harus sempurna, akan mencegah Anda
untuk memulainya. Percaya bahwa mengerjakan segala sesuatu yang
duniawi haruslah sempurna, adalah resep untuk stress. Jebakan
sempurna, akan membuat Anda terlalu banyak berpikir dan akhirnya
menggeser tindakan ke menit-menit terakhir. Dengan itu Anda telah
merasa menemukan jalan keluar. Kemudian, Anda mulai bekerja. Tapi tiba
-tiba, Anda menyadari bahwa waktunya tidak cukup lagi. Kemudian Anda
meminta penambahan waktu. Dan jika Anda mendapatkan waktu tambahan,
Anda memulainya lagi dari awal. Kemudian Anda menundanya lagi. Kurang
waktu - tambah waktu - kurang waktu - tambah waktu... sampai kapan?
Anda tidak akan pernah sempurna!

Kesempurnaan manusia terletak pada keterbatasan dan kekurangannya.
Jika manusia tidak lagi memiliki kekurangan dan keterbatasan, maka ia
tidak sempurna lagi sebagai manusia. Beri izin pada diri Anda untuk
menjadi manusia seutuhnya. Menjadi manusia yang sempurna, lengkap
dengan batasan dan kekurangannya.

Pernahkah Anda temui software komputer yang sempurna? Alat yang
sempurna? Benda yang sempurna?

Ketidaksempurnaan dari apa yang Anda kerjakan hari ini, adalah lebih
baik daripada sesuatu yang sempurna tapi tak pernah terjadi.

5. Ganti "hu...hu...hu" dengan "ha...ha...ha".

Ubahlah suasana kerja yang tidak nyaman dengan kegembiraan. Ciptakan
jaminan bahwa Anda akan bekerja dalam kegembiraan. Untuk bergembira,
Anda harus menciptakannya. Kegembiraan tidak tergantung pada suasana,
tapi tergantung pada kemauan Anda.

Pernahkan Anda merasakan betapa beratnya beban kerja Anda? Panjangnya
jam kerja Anda? Tanpa bergembira? Lembur melulu? Yang itu-itu juga?

Pastikanlah bagian yang bisa "bergembira" dari diri Anda. Kemudian,
susunlah berbagai pekerjaan Anda di sekitar dan sekelilingnya. Maka,
kegembiraan Anda akan terjamin. Anda bisa senang dengan utak-atik
mobil? Lakukan itu dan tunjukkan kepada teman sekantor. Anda senang
ikan hias? Taruhlah akuarium di meja kerja Anda. Anda senang musik?
Belilah earphone agar tak mengganggu 'kesenangan' orang lain.

Sekilas, anjuran di atas seperi kontraproduktif. Sebaliknya, secara
ekstrem justru membuat Anda lebih produktif. Inilah yang disebut
dengan "reverse psychology".

Dengan 'settingan' seperti di atas, jika Anda mulai merasa berlebihan
dalam bergembira, maka Anda akan mulai "ingin" bekerja. Anda tidak
lagi merasa "harus" bekerja, tapi Anda memang menginginkannya.
Motivasi Anda akan melejit. Itu terjadi karena Anda merasa sudah
cukup bergembira. Libur yang terlalu lama, akan membuat Anda rindu
pada kerja. Persis seperti pengangguran yang merindukan pekerjaan.

6. Gunakan "kotak waktu".

Pecah tugas Anda ke dalam paket-paket kecil. Kumpulkan berbagai tugas
kecil Anda itu, dan masukkan semuanya ke dalam kotak waktu Anda.
Aturlah kotak waktu Anda untuk 30 menit. Kelompokkan tugas-tugas
kecil Anda menjadi satu gugus tugas, yang seluruhnya dapat
diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang. Setelah 30 menit,
hadiahi diri Anda sendiri dengan bonus yang sepadan, misalnya
menonton TV, makan camilan atau hadiah lain yang cukup merangsang.
Setelah itu, kerjakan lagi 'paket 30 menit' berikutnya, dan kejar
hadiah yang lain.

Secara umum, Anda pasti punya daya tahan jika bekerja hanya 30 menit.
Apalagi, jika hadiahnya cukup menggiurkan.

7. Terima diri apa adanya.

Terimalah diri Anda "apa adanya". Berhentilah memikirkan "ada apanya"
dengan diri Anda. Kebiasaan Anda menunda-nunda, mungkin membebani
Anda. Untuk tidak menjadikannya penyebab stress lanjutan, terimalah
diri Anda sebagai pembelajar:

- Beri waktu bagi diri Anda untuk berubah;
- Beri kesempatan bagi diri Anda untuk 'naik' dan 'turun';
- Hargai diri Anda untuk apapun yang Anda kerjakan;
- Sering-seringlah memaafkan diri Anda sendiri.

Setelah tanda seru berikut ini, segeralah kerjakan apapun yang Anda
INGINKAN!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home