Jika Terjebak dalam Debat
KAPAN PERLU DIALOG
Dialog bukan alat komunikasi yang universal untuk segala situasi.
Jika Anda sudah punya cara lain yang lebih sederhana dan bisa
berfungsi dengan baik, Anda tidak perlu berdialog. Dengan kata lain,
dialog adalah pilihan terakhir dalam berkomunikasi. Jika hanya dengan
mengangguk atau menggeleng sudah cukup, untuk apa membuka mulut?
Dialog menjadi alat yang sangat berarti untuk membangun rasa saling
menghormati di antara sesama kolega. Di suatu organisasi, atau di
suatu perusahaan. Dengan rasa saling menghormati itu, apa-apa yang
menjadi tujuan perusahaan dan organisasi, bisa tercapai dengan
efektif.
DI MANA BERDIALOG
Pada hampir semua kasus, hasil terbaik dari dialog bisa diperoleh
dengan dialog yang diselenggarakan di luar tempat kerja, alias off-
site dialog. Ini bisa menghindari kecurigaan, judgement atau salah
persepsi.
BUKAN TENTANG KENDALA
Semua ini bukanlah persoalannya:
- Etnis;
- Ras;
- Gender;
- Generasi;
- Agama;
- Pangkat atau status;
- Kelompok atau golongan;
- Kesenjangan usia; dan sebagainya.
Dasar dari proses dialog tidak terkait langsung dengan semua kendala
itu. Dialog bisa dilangsungkan antara dua orang atau antar kelompok.
Bahkan, dialog bisa dilakukan tanpa fasilitator, walaupun fasilitator
profesional biasanya bisa membuat proses dialog menjadi lebih
efektif, khususnya untuk dialog dalam kelompok besar.
ENAM ATURAN DASAR BERDIALOG
1. Bersikap terbuka dan menunda 'penghakiman' - jangan menyalahkan
sudut pandang lawan dialog;
2. Pisahkan proses dialog dari proses pengambilan keputusan - dialog
mendahului pengambilan keputusan, negosiasi atau tindakan;
3. Bicaralah atas nama diri Anda sendiri, tidak mewakili orang lain,
dan perlakukan orang lain setara dan seimbang;
4. Dengarkan mereka dengan empati - buat mereka tahu bahwa Anda
mendengarkan dan punya perhatian;
5. Carilah persamaan-persamaan - yaitu wilayah-wilayah poin yang Anda
juga bisa menyetujuinya;
6. Cari asumsi-asumsi yang tersembunyi, lalu kemukakan dengan bijak -
apalagi, jika itu ada di dalam diri Anda sendiri.
Aturan dasar berdialog di atas, bisa dikategorikan ke dalam tiga
kelompok besar aktivitas yaitu:
- Menahan diri;
- Mendengarkan;
- Menemukan.
MENAHAN DIRI
Tahan diri Anda dari judgement, mengambil keputusan sepihak atau
mempermasalahkan status. Lupakan sementara, apa saja yang ada di
dalam kepala Anda tentang mereka, untuk membuka kemungkinan munculnya
berbagai hal yang belum Anda ketahui sebelumnya. Dengan begini, Anda
akan memahami sudut pandang orang lain. Lupakan dulu status Anda,
sebab orang lain akan memcoba melihat konsekuensi berdasarkan status
Anda. Apalagi, jika jabatan Anda cukup tinggi. Ingatkan mereka
tentang status Anda, hanya jika dialog usai dan telah tiba saatnya
untuk mengambil keputusan.
MENDENGARKAN
Mendengar adalah untuk mencari tahu pemahaman di belakang semua
posisi dan perspektif yang berbeda. Dengarlah dengan aktif.
Konfirmasikan hal-hal yang Anda kurang memahaminya. Dengar tanpa
memformulasikan respon. Sebab, itulah yang terjadi dalam debat atau
negosiasi. Anda tidak perlu meyakinkan mereka tentang perspektif
Anda. Anda hanya perlu menunjukkan bahwa Anda mendengar dan punya
perhatian. Mereka akan terbuka dan merasa nyaman. Dan mereka akan
berhenti, jika merasa ada perbedaan dalam hal keyakinan, tata nilai
dan perasaan.
MENEMUKAN
Bertanyalah untuk menemukan dan mengklarifikasi apa yang Anda dengar,
dan yakinkan bahwa Anda memang mengerti. Temukan berbagai asumsi yang
tersembunyi. Dialog adalah alat terbaik untuk memunculkannya ke
permukaan. Dan asumsi yang tersembunyi, biasanya berakar pada
ketidakpahaman dan ketidakpercayaan. Membuatnya tidak tersembunyi
lagi, akan memperbaiki tingkat pengertian dan penghargaan, dan
mengarah pada berbagai kemungkinan baru yang lebih baik.
Berkomunikasilah untuk saling mengisi, dan berdialog jika mentok.
Dialog bukan alat komunikasi yang universal untuk segala situasi.
Jika Anda sudah punya cara lain yang lebih sederhana dan bisa
berfungsi dengan baik, Anda tidak perlu berdialog. Dengan kata lain,
dialog adalah pilihan terakhir dalam berkomunikasi. Jika hanya dengan
mengangguk atau menggeleng sudah cukup, untuk apa membuka mulut?
Dialog menjadi alat yang sangat berarti untuk membangun rasa saling
menghormati di antara sesama kolega. Di suatu organisasi, atau di
suatu perusahaan. Dengan rasa saling menghormati itu, apa-apa yang
menjadi tujuan perusahaan dan organisasi, bisa tercapai dengan
efektif.
DI MANA BERDIALOG
Pada hampir semua kasus, hasil terbaik dari dialog bisa diperoleh
dengan dialog yang diselenggarakan di luar tempat kerja, alias off-
site dialog. Ini bisa menghindari kecurigaan, judgement atau salah
persepsi.
BUKAN TENTANG KENDALA
Semua ini bukanlah persoalannya:
- Etnis;
- Ras;
- Gender;
- Generasi;
- Agama;
- Pangkat atau status;
- Kelompok atau golongan;
- Kesenjangan usia; dan sebagainya.
Dasar dari proses dialog tidak terkait langsung dengan semua kendala
itu. Dialog bisa dilangsungkan antara dua orang atau antar kelompok.
Bahkan, dialog bisa dilakukan tanpa fasilitator, walaupun fasilitator
profesional biasanya bisa membuat proses dialog menjadi lebih
efektif, khususnya untuk dialog dalam kelompok besar.
ENAM ATURAN DASAR BERDIALOG
1. Bersikap terbuka dan menunda 'penghakiman' - jangan menyalahkan
sudut pandang lawan dialog;
2. Pisahkan proses dialog dari proses pengambilan keputusan - dialog
mendahului pengambilan keputusan, negosiasi atau tindakan;
3. Bicaralah atas nama diri Anda sendiri, tidak mewakili orang lain,
dan perlakukan orang lain setara dan seimbang;
4. Dengarkan mereka dengan empati - buat mereka tahu bahwa Anda
mendengarkan dan punya perhatian;
5. Carilah persamaan-persamaan - yaitu wilayah-wilayah poin yang Anda
juga bisa menyetujuinya;
6. Cari asumsi-asumsi yang tersembunyi, lalu kemukakan dengan bijak -
apalagi, jika itu ada di dalam diri Anda sendiri.
Aturan dasar berdialog di atas, bisa dikategorikan ke dalam tiga
kelompok besar aktivitas yaitu:
- Menahan diri;
- Mendengarkan;
- Menemukan.
MENAHAN DIRI
Tahan diri Anda dari judgement, mengambil keputusan sepihak atau
mempermasalahkan status. Lupakan sementara, apa saja yang ada di
dalam kepala Anda tentang mereka, untuk membuka kemungkinan munculnya
berbagai hal yang belum Anda ketahui sebelumnya. Dengan begini, Anda
akan memahami sudut pandang orang lain. Lupakan dulu status Anda,
sebab orang lain akan memcoba melihat konsekuensi berdasarkan status
Anda. Apalagi, jika jabatan Anda cukup tinggi. Ingatkan mereka
tentang status Anda, hanya jika dialog usai dan telah tiba saatnya
untuk mengambil keputusan.
MENDENGARKAN
Mendengar adalah untuk mencari tahu pemahaman di belakang semua
posisi dan perspektif yang berbeda. Dengarlah dengan aktif.
Konfirmasikan hal-hal yang Anda kurang memahaminya. Dengar tanpa
memformulasikan respon. Sebab, itulah yang terjadi dalam debat atau
negosiasi. Anda tidak perlu meyakinkan mereka tentang perspektif
Anda. Anda hanya perlu menunjukkan bahwa Anda mendengar dan punya
perhatian. Mereka akan terbuka dan merasa nyaman. Dan mereka akan
berhenti, jika merasa ada perbedaan dalam hal keyakinan, tata nilai
dan perasaan.
MENEMUKAN
Bertanyalah untuk menemukan dan mengklarifikasi apa yang Anda dengar,
dan yakinkan bahwa Anda memang mengerti. Temukan berbagai asumsi yang
tersembunyi. Dialog adalah alat terbaik untuk memunculkannya ke
permukaan. Dan asumsi yang tersembunyi, biasanya berakar pada
ketidakpahaman dan ketidakpercayaan. Membuatnya tidak tersembunyi
lagi, akan memperbaiki tingkat pengertian dan penghargaan, dan
mengarah pada berbagai kemungkinan baru yang lebih baik.
Berkomunikasilah untuk saling mengisi, dan berdialog jika mentok.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home